Dilahirkan dari Rahim Pahlawan
TanpaTanda Jasa
Nama saya Nunu Nurhasanah, biasanya dipanggil dengan sebutan Nunu.
Saya berjenis kelamin perempuan dan dilahirkan di Gandu pada tanggal 27 Juni 1998. Saya anak pertama dari dua bersaudara
dari sebuah pasangan keluarga yang dikepalai oleh Bapak Achmad dan Ibu Emi
Rohaemi (Almh).
Ayah saya Achmad merupakan sosok ayah sangat mencintai keluarganya.
Dia kelahiran asli Gandu dan sebagai anak semata wayang yang dilahirkan dari
pasangan kakek dan nenek saya yaitu Warli dan Jawi. Pekerjaan Ayah saya
hanyalah wiraswasta, meskipun begitu dia itu yang selalu membantu saya jika
mengerjakan tugas keterampilan dari sekolah, maklumlah ayah saya kreatif dalam
membuat sesuatu.
Ibu saya bernama Emi Rohaemi. Dia adalah semangat hidupku Dia
kelahiran asli Gandu dan sebagai anak ke 4 dari 12 bersaudara dilahirkan dari
pasangan kakek dan nenek saya yaitu Rohim dan Onik. Ibu saya seorang pahlawan
tanpa tanda jasa. Dia mengajar di sekolah Dasar Negeri Gandu 1. Namun sayang,
waktu saya kelas 2 SMP beliau telah meninggalkan dunia dikarenakan penyakit
Gagal ginjal yang telah diderita selama 1thn.
Adik saya yang bernama Siti Chonipah. Dia adik satu-satunya bagi
saya, meskipun begitu dia kadang kadang membuat saya jengkel. Tapi saya tetap
menyayangi dia. Karena saya sekarang yang mengurusi dia.
Bagian Kedua
Menempuh pendidikan dari nol
Saya mulai menempuh pendidikan di TK Budi Asih III. Saya waktu TK
tidak semanja anak anak yang lain, yang setiap hari harus di antar oleh orang
tuanya. Saya memaklumi ibu saya yang berprofesi sebagai guru tidak bisa
mengantar saya setiap hari. Waktu TK juga saya mulai belajar membaca puisi,
karena saya di tunjuk sebagai wakil dari TK Budi Asih III untuk mengikuti lomba
“Baca Puisi” tingkat TK. Namun sayang, saya tidak menjuarai lomba tersebut.
Meskipun begitu, saya memiliki pengalaman yang belum tentu semua orang miliki.
Dan pada tahun 2004 saya tamat dari TK tersebut.
Setelah tamat dari TK, saya
meneruskan sekolah ke SDN Gandu I, tempat dimana ibu saya mengajar. Saya
belajar di sekolah dasar ini tidak merasa dibeda-bedakan, karena ibu saya tidak
mau memanjakan saya. Meskipun begitu, saya salah satu murid berprestasi selama
duduk di bangku sekolah dasar. Contohnya, saya waktu kelas IV di tunjuk untuk
mewakili sekolah saya dalam lomba Cerdas Cermat Qur’an dan Lomba Pupuh tingkat
SD SeKecamatan Dawuan. Dan Alhamdulillah saya menjadi juara ke 2 lomba Pupuh
Sunda, karena peserta lombanya hanya 3 orang. Setahun kemudian, tepatnya saya
kelas V, saya di tunjuk untuk mewakili lomba Cerdas Cermat Qur’an, Pupuh Sunda,
dan Olimpiade Sains tingkat SD SeKecamatan Dawuan. Namun sayang, saya tidak
menjuarai semua lomba yang saya ikuti. Dan yang membuat ibu saya bangga kepada
saya adalah, saya dari mulai kelas I sampai dengan kelas VI SD saya selalu
mendapat peringkat ke 2. Dan hasil UN saya juga memuaskan dengan NEM 24,10.
Pada tahun 2010, saya lulus dari SDN Gandu I.
Setelah lulus dari SD, saya meneruskan ke SMP Negeri 2 Dawuan.
Dimana sekolah ini tempat bibi dan pamanku mengajar. Pertama masuk sekolah,
saya langsung mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS). Inilah yang membuat saya
merasa kesal, karena selama 3 hari berturut-turut saya harus memenuhi dan
memakai persyaratan-persyaratan yang boleh di bilang aneh. Tapi yang membuat
saya teringat itu adalah, saya mempunyai banyak teman baru. Dimana saya
berkenalan dengan salah satu anak laki-laki yang bisa di bilang aneh
kelakuannya. Oh iya, nama dia adalah Yendra Afriza, dan dia akhirnya sekelas
dengan saya di kelas VII A. Di kelas VII A, saya tidak menyangka bahwa wali
kelas saya sudah mengetahui asal usul saya. Panggil saja wali kelas saya itu
Pak Ading. Pada saat pemilihan ketua kelas, saya di beri kepercayaan oleh wali
kelas saya untuk menjadi Ketua kelas. Saya sempat ragu juga untuk menerimanya,
tapi itu tanggung jawab saya. Saya heran, siapa yang bakal menjadi wakilnya.
Tiba-tiba Yendra mengacungkan tangannya dan bersedia untuk jadi wakil saya. Dan
setahun kemudian saya naik ke kelas VIII, kebetulan teman sekelas waktu kelas
VII di pisah. Hari pertama masuk kelas VIII C, saya sekelas lagi bareng Evi
(temen sekelas waktu kelas VII). Dan langsung pemilihan Ketua Kelas. Aku juga
bingung kenapa mereka mempercayaiku lagi sebagai Ketua Kelas, lalu aku pun
menerimanya. Waktu saya baru 2 bulan belajar di kelas VIII, ibuku meninggal di
karenakan sakit gagal ginjal yang sudah parah, dan rasanya itu seperti dunia
kiamat, karena sang inspirasi saya meninggalkan saya untuk selama-lamanya.
Meskipun begitu, saya tidak boleh terus menerus menangisi kepergian ibu saya.
Dan aku membuktikan semangat belajar saya hingga akhirnya saya mendapatkan
peringkat ke 1 di kelas. Waktu kelas VIII pun saya mulai aktif dalam
berorganisasi, saya menjadi anggota OSIS dan saya juga menjadi Dewan
Penggalang. Lalu saya pun tak terasa naik ke kelas IX, teman-teman kelas VII.
Dan saya sudah bilang kepad mereka bahwa saya akan pensuon untuk menjadi ketua
kelas. Akhrnya mereka pun memakluminya dan saya hanya menjadi wakil ketua saja.
Saya waktu kelas IX A mempunyai kelompok, dan nama kelompoknya yaitu “The
Butax’z Community”. Dan mereka adalah Evi, Endah, Dian, Melli, Melly dan Euis.
Mereka adalah sahabat terbaik bagi saya. Dan saya pun sedih ketika berpisah dengan
mereka, hingga aku pun berpikir seperti ini “Sekolah itu, seperti naik mobil, kita naik mobil di halte A.
Dan belum tentu kita smua berasal dari rumah-rumah sekitar halte A. Dan tujuan perjalanan kita adalah perempatan lampu merah. Setelah menikmati perjalanan, kita
pun turun di perempatan lampu merah. Dan
di tempat itulah kita berpencar mencari tujuan sbnarnya, masing-masing tujuan pastinya berbeda-beda. Begitu juga dengan sekolah, kita berasal dari berbagai Sekolah Dasar yang berbeda-beda, tapi kita naik ke jenjang yang sama yaitu ke SMP yang sama. Kita menikmati suasana belajar
selama
3th. Setelah
itu sampailah kita di tujuan, yaitu lulus dari SMP. Tetapi, tujuan yang sebenarnya bukan itu, tjuuan masing-masing pun terjadi, yaitu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (SMA) yang pasti berbeda-beda, atau tidak dilanjutkan dan memilih untuk bekerja.” Akhirnya hari kelulusan itu pun tiba, saya pun
meneteskan air mata. Entah itu air mata kebahagian ataupun air mata kesedihan. Di
dalam hati, saya pun bernyanyi lagu yang menggambarkan suasana itu yaitu lagu “Sakura
no Shiori” yang artinya “Pembatas buku Sakura”. Saya pun lulus dan masuk 10
besar juara umum, dan hasil Ujian Nasional saya pun tidak terlalu bagus dan juga tidak terlalu
buruk.
Pertamanya
sih saya mau melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan (SMK
Kehutanan), semua persyaratan telah saya penuhi. Tetapi, tinggi saya kurang
dari Minimal tinggi yang telah di tetapkan. Padahal tinggi saya hanya kurang
2cm. Di dalam hati kecil saya, saya
kecewa sekali. Dan pada akhirnya saya di beri 2 pilihan, dilanjutkan ke SMA
Negeri 1 Jatiwangi atau ke SMA Negeri 1 Kasokandel. Jujur, saya bingung untuk
memilihnya karena keduanya Sekolah yang bagus. Terus saya bertanya ke teman-teman,
dan teman-teman saya pun setuju ketika saya akan melanjutkan ke SMA Negeri 1
Jatiwangi. Dan ternyata teman sekelas saya juga ada yang mau melanjutkan ke
sana. Dia Yolla Yuanditra, saya sudah berteman lama dengan dia, karena waktu
kelas VII aku sekelas juga sama dia. Dan selain yolla, ada juga teman luar
kelas saya yang mau melanjutkan ke sana. Dia adalah Ade Liana, dia kelas IX E. Kebetulan
sekolah dasar saya dan sekolah dasar dia itu bertetanggaan, jadi udah berteman
lama juga. Eh ternyata bukan kami bertiga yang melanjutkan ke sana, ada juga
Iros Rosita. Sebelumnya saya tidak mengenal dia, tetapi karena saya dan dia mau
melanjutkan ke SMA yang sama akhirnya akrab. Kami berempat sebenarnya agak
pesimis buat masuk ke SMA itu. Maklum kami selalu mendengar info-info tentang
sekolah itu dari banyak orang. Dan yang membuat kami terkejut adalah, ternyata
SMA itu salah satu SMA favorit di Majalengka. Akhirnya rasa penasaran kami pun
sirna, setelah kami dapat surat pemberitahuan dan surat undangan dari SMA itu,
dan kami berempat pun diterima di sekolah itu. Sebenarnya hampir 20 orang siswa
dari SMP saya yang mau melanjutkan ke SMA itu, tapi mereka sudah pesimis
duluan.
Saya pun memberitahu ayah saya, dan ayah
saya pun agak terkejut. Karena beliau pikir, saya akan melanjutkan ke SMA
Negeri 1 Kasokandel. Lalu saya dan ayah saya pun berangkat untuk menghadiri
undangan itu. Sebenarnya saya tidak menghadiri undangan itu pun tidak apa-apa. Tapi
saya itu orangnya KEPO (Keingintahuannya sangat tinggi). Dan tiba saatnya buat
Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB). Sebenarnya saya males banget harus
mengikuti kegiatan itu, karena kegiatan itu di laksanakan pada bulan Ramadhan. Akhirnya
pas Kegiatan itu saya sekelas sama Adel (teman se SMP). Kegiatan itu membuat
peserta geregetan sama KomDis. Mereka membuat kami kaget, takut, bahkan ada
yang sampai nangis gara-gara mereka.Akhirnya MOPDB pun selesai dan kami
shonichi masuk sekolah seperti biasanya. Oh iya pada waktu mengisi kertas
pendaftaran, saya ragu. Karena saya harus memilih peminatan, sebenarnya otak
saya siap aja mau ke peminatan IPA ataupun IPS. Tapi saya harus memilih salah
satu. Dan akhirnya saya memilih peminatan IPA. Kelas waktu MOPDB sama kelas
yang sebenarnya itu berbeda. Saya waktu MOPDB sekelas sama Adel, tapi di kelas
yang sebenarnya saya sekelas sama Iros di kelas X MIA 1. Jujur, saya beruntung
di tempatkan di kelas ini, karena saya mempunyai teman-teman yang baik, lucu,
gokil dan mereka tisdak pernah pandang bulu. Dan tidak terasa sekarang saya dan
teman teman sudah menjadi warga MIA 1 selama satu tahun. Saya berharap, pada
waktu kelas XI, saya sekelas lagi sama mereka.
Bagian Ketiga
Hobi yang luar biasa bagi saya
Hobi saya yaitu bernyanyi. Entah kenapa
saya mempunyai hobi seperti itu. Mungkin karena waktu SD saya mengikuti lomba
Pupuh. Saya bernyanyi dari mulai lagu pop, dangdut, sunda, rock, dan sekarang
saya sudah mulai bisa Nge-Rapp sedikit. Mungkin gara-gara saya suka
mendengarkan lagu-lagu Bondan Prakoso and Fade 2 Black. Saya bangga mempunyai
hobi seperti ini, tapi cita-cita saya bukan menjadi seorang penyanyi. Bagi saya.
hobi akan tetap menjadi hobi dan tidak akan menjadi sebuah cita-cita.
Bagian Keempat
Cita-citaku
Cita-cita saya selalu berubah-ubah. Waktu
TK saya ingin menjadi guru seperti ibu saya. Tetapi waktu SD berubah, dan
cita-citanya yaitu ingin jadi Dokter. Mungkin karena saya pada waktu itu
anggota Dokter Cilik. Waktu SMP, saya bercita-cita menjadi Polisi Hutan. Karena
saya suka dengan hutan-hutan yang ada di Indonesia. Dan cita-cita saya yang
sekarang adalah menjadi Ahli Perminyakan. Itu sebabnya kenapa saya mengambil
peminatan IPA. Saya mempunyai kata yang membuat saya termotivasi yaitu "Usaha Keras itu tidak akan Mengkhianati"
SEKIAN :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar