Selasa, 27 Mei 2014

Lahir dari Rahim seorang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa







Bagian Pertama
Dilahirkan dari Rahim Pahlawan TanpaTanda Jasa
Nama saya Nunu Nurhasanah, biasanya dipanggil dengan sebutan Nunu. Saya berjenis kelamin perempuan dan dilahirkan di Gandu pada tanggal 27 Juni 1998. Saya anak pertama dari dua bersaudara dari sebuah pasangan keluarga yang dikepalai oleh Bapak Achmad dan Ibu Emi Rohaemi (Almh).
Ayah saya Achmad merupakan sosok ayah sangat mencintai keluarganya. Dia kelahiran asli Gandu dan sebagai anak semata wayang yang dilahirkan dari pasangan kakek dan nenek saya yaitu Warli dan Jawi. Pekerjaan Ayah saya hanyalah wiraswasta, meskipun begitu dia itu yang selalu membantu saya jika mengerjakan tugas keterampilan dari sekolah, maklumlah ayah saya kreatif dalam membuat sesuatu.
Ibu saya bernama Emi Rohaemi. Dia adalah semangat hidupku Dia kelahiran asli Gandu dan sebagai anak ke 4 dari 12 bersaudara dilahirkan dari pasangan kakek dan nenek saya yaitu Rohim dan Onik. Ibu saya seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Dia mengajar di sekolah Dasar Negeri Gandu 1. Namun sayang, waktu saya kelas 2 SMP beliau telah meninggalkan dunia dikarenakan penyakit Gagal ginjal yang telah diderita selama 1thn.
Adik saya yang bernama Siti Chonipah. Dia adik satu-satunya bagi saya, meskipun begitu dia kadang kadang membuat saya jengkel. Tapi saya tetap menyayangi dia. Karena saya sekarang yang mengurusi dia.















Bagian Kedua
Menempuh pendidikan dari nol

Saya mulai menempuh pendidikan di TK Budi Asih III. Saya waktu TK tidak semanja anak anak yang lain, yang setiap hari harus di antar oleh orang tuanya. Saya memaklumi ibu saya yang berprofesi sebagai guru tidak bisa mengantar saya setiap hari. Waktu TK juga saya mulai belajar membaca puisi, karena saya di tunjuk sebagai wakil dari TK Budi Asih III untuk mengikuti lomba “Baca Puisi” tingkat TK. Namun sayang, saya tidak menjuarai lomba tersebut. Meskipun begitu, saya memiliki pengalaman yang belum tentu semua orang miliki. Dan pada tahun 2004 saya tamat dari TK tersebut.
Setelah  tamat dari TK, saya meneruskan sekolah ke SDN Gandu I, tempat dimana ibu saya mengajar. Saya belajar di sekolah dasar ini tidak merasa dibeda-bedakan, karena ibu saya tidak mau memanjakan saya. Meskipun begitu, saya salah satu murid berprestasi selama duduk di bangku sekolah dasar. Contohnya, saya waktu kelas IV di tunjuk untuk mewakili sekolah saya dalam lomba Cerdas Cermat Qur’an dan Lomba Pupuh tingkat SD SeKecamatan Dawuan. Dan Alhamdulillah saya menjadi juara ke 2 lomba Pupuh Sunda, karena peserta lombanya hanya 3 orang. Setahun kemudian, tepatnya saya kelas V, saya di tunjuk untuk mewakili lomba Cerdas Cermat Qur’an, Pupuh Sunda, dan Olimpiade Sains tingkat SD SeKecamatan Dawuan. Namun sayang, saya tidak menjuarai semua lomba yang saya ikuti. Dan yang membuat ibu saya bangga kepada saya adalah, saya dari mulai kelas I sampai dengan kelas VI SD saya selalu mendapat peringkat ke 2. Dan hasil UN saya juga memuaskan dengan NEM 24,10. Pada tahun 2010, saya lulus dari SDN Gandu I.
Setelah lulus dari SD, saya meneruskan ke SMP Negeri 2 Dawuan. Dimana sekolah ini tempat bibi dan pamanku mengajar. Pertama masuk sekolah, saya langsung mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS). Inilah yang membuat saya merasa kesal, karena selama 3 hari berturut-turut saya harus memenuhi dan memakai persyaratan-persyaratan yang boleh di bilang aneh. Tapi yang membuat saya teringat itu adalah, saya mempunyai banyak teman baru. Dimana saya berkenalan dengan salah satu anak laki-laki yang bisa di bilang aneh kelakuannya. Oh iya, nama dia adalah Yendra Afriza, dan dia akhirnya sekelas dengan saya di kelas VII A. Di kelas VII A, saya tidak menyangka bahwa wali kelas saya sudah mengetahui asal usul saya. Panggil saja wali kelas saya itu Pak Ading. Pada saat pemilihan ketua kelas, saya di beri kepercayaan oleh wali kelas saya untuk menjadi Ketua kelas. Saya sempat ragu juga untuk menerimanya, tapi itu tanggung jawab saya. Saya heran, siapa yang bakal menjadi wakilnya. Tiba-tiba Yendra mengacungkan tangannya dan bersedia untuk jadi wakil saya. Dan setahun kemudian saya naik ke kelas VIII, kebetulan teman sekelas waktu kelas VII di pisah. Hari pertama masuk kelas VIII C, saya sekelas lagi bareng Evi (temen sekelas waktu kelas VII). Dan langsung pemilihan Ketua Kelas. Aku juga bingung kenapa mereka mempercayaiku lagi sebagai Ketua Kelas, lalu aku pun menerimanya. Waktu saya baru 2 bulan belajar di kelas VIII, ibuku meninggal di karenakan sakit gagal ginjal yang sudah parah, dan rasanya itu seperti dunia kiamat, karena sang inspirasi saya meninggalkan saya untuk selama-lamanya. Meskipun begitu, saya tidak boleh terus menerus menangisi kepergian ibu saya. Dan aku membuktikan semangat belajar saya hingga akhirnya saya mendapatkan peringkat ke 1 di kelas. Waktu kelas VIII pun saya mulai aktif dalam berorganisasi, saya menjadi anggota OSIS dan saya juga menjadi Dewan Penggalang. Lalu saya pun tak terasa naik ke kelas IX, teman-teman kelas VII. Dan saya sudah bilang kepad mereka bahwa saya akan pensuon untuk menjadi ketua kelas. Akhrnya mereka pun memakluminya dan saya hanya menjadi wakil ketua saja. Saya waktu kelas IX A mempunyai kelompok, dan nama kelompoknya yaitu “The Butax’z Community”. Dan mereka adalah Evi, Endah, Dian, Melli, Melly dan Euis. Mereka adalah sahabat terbaik bagi saya. Dan saya pun sedih ketika berpisah dengan mereka, hingga aku pun berpikir seperti ini Sekolah itu, seperti naik mobil, kita naik mobil di halte A. Dan belum tentu kita smua berasal dari rumah-rumah sekitar halte A. Dan tujuan perjalanan kita adalah perempatan lampu merah. Setelah menikmati perjalanan, kita pun turun di perempatan lampu merah. Dan di tempat itulah kita berpencar mencari tujuan sbnarnya, masing-masing tujuan pastinya berbeda-beda. Begitu juga dengan sekolah, kita berasal dari berbagai Sekolah Dasar yang berbeda-beda, tapi kita naik ke jenjang yang sama yaitu ke SMP yang sama. Kita menikmati suasana belajar selama 3th. Setelah itu sampailah kita di tujuan, yaitu lulus dari SMP. Tetapi, tujuan yang sebenarnya bukan itu, tjuuan masing-masing pun terjadi, yaitu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (SMA) yang pasti berbeda-beda, atau tidak dilanjutkan dan memilih untuk bekerja. Akhirnya hari kelulusan itu pun tiba, saya pun meneteskan air mata. Entah itu air mata kebahagian ataupun air mata kesedihan. Di dalam hati, saya pun bernyanyi lagu yang menggambarkan suasana itu yaitu lagu “Sakura no Shiori” yang artinya “Pembatas buku Sakura”. Saya pun lulus dan masuk 10 besar juara umum, dan hasil Ujian Nasional saya pun  tidak terlalu bagus dan juga tidak terlalu buruk.
 Pertamanya sih saya mau melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan (SMK Kehutanan), semua persyaratan telah saya penuhi. Tetapi, tinggi saya kurang dari Minimal tinggi yang telah di tetapkan. Padahal tinggi saya hanya kurang 2cm.  Di dalam hati kecil saya, saya kecewa sekali. Dan pada akhirnya saya di beri 2 pilihan, dilanjutkan ke SMA Negeri 1 Jatiwangi atau ke SMA Negeri 1 Kasokandel. Jujur, saya bingung untuk memilihnya karena keduanya Sekolah yang bagus. Terus saya bertanya ke teman-teman, dan teman-teman saya pun setuju ketika saya akan melanjutkan ke SMA Negeri 1 Jatiwangi. Dan ternyata teman sekelas saya juga ada yang mau melanjutkan ke sana. Dia Yolla Yuanditra, saya sudah berteman lama dengan dia, karena waktu kelas VII aku sekelas juga sama dia. Dan selain yolla, ada juga teman luar kelas saya yang mau melanjutkan ke sana. Dia adalah Ade Liana, dia kelas IX E. Kebetulan sekolah dasar saya dan sekolah dasar dia itu bertetanggaan, jadi udah berteman lama juga. Eh ternyata bukan kami bertiga yang melanjutkan ke sana, ada juga Iros Rosita. Sebelumnya saya tidak mengenal dia, tetapi karena saya dan dia mau melanjutkan ke SMA yang sama akhirnya akrab. Kami berempat sebenarnya agak pesimis buat masuk ke SMA itu. Maklum kami selalu mendengar info-info tentang sekolah itu dari banyak orang. Dan yang membuat kami terkejut adalah, ternyata SMA itu salah satu SMA favorit di Majalengka. Akhirnya rasa penasaran kami pun sirna, setelah kami dapat surat pemberitahuan dan surat undangan dari SMA itu, dan kami berempat pun diterima di sekolah itu. Sebenarnya hampir 20 orang siswa dari SMP saya yang mau melanjutkan ke SMA itu, tapi mereka sudah pesimis duluan.
Saya pun memberitahu ayah saya, dan ayah saya pun agak terkejut. Karena beliau pikir, saya akan melanjutkan ke SMA Negeri 1 Kasokandel. Lalu saya dan ayah saya pun berangkat untuk menghadiri undangan itu. Sebenarnya saya tidak menghadiri undangan itu pun tidak apa-apa. Tapi saya itu orangnya KEPO (Keingintahuannya sangat tinggi). Dan tiba saatnya buat Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB). Sebenarnya saya males banget harus mengikuti kegiatan itu, karena kegiatan itu di laksanakan pada bulan Ramadhan. Akhirnya pas Kegiatan itu saya sekelas sama Adel (teman se SMP). Kegiatan itu membuat peserta geregetan sama KomDis. Mereka membuat kami kaget, takut, bahkan ada yang sampai nangis gara-gara mereka.Akhirnya MOPDB pun selesai dan kami shonichi masuk sekolah seperti biasanya. Oh iya pada waktu mengisi kertas pendaftaran, saya ragu. Karena saya harus memilih peminatan, sebenarnya otak saya siap aja mau ke peminatan IPA ataupun IPS. Tapi saya harus memilih salah satu. Dan akhirnya saya memilih peminatan IPA. Kelas waktu MOPDB sama kelas yang sebenarnya itu berbeda. Saya waktu MOPDB sekelas sama Adel, tapi di kelas yang sebenarnya saya sekelas sama Iros di kelas X MIA 1. Jujur, saya beruntung di tempatkan di kelas ini, karena saya mempunyai teman-teman yang baik, lucu, gokil dan mereka tisdak pernah pandang bulu. Dan tidak terasa sekarang saya dan teman teman sudah menjadi warga MIA 1 selama satu tahun. Saya berharap, pada waktu kelas XI, saya sekelas lagi sama mereka.



Bagian Ketiga
Hobi yang luar biasa bagi saya
Hobi saya yaitu bernyanyi. Entah kenapa saya mempunyai hobi seperti itu. Mungkin karena waktu SD saya mengikuti lomba Pupuh. Saya bernyanyi dari mulai lagu pop, dangdut, sunda, rock, dan sekarang saya sudah mulai bisa Nge-Rapp sedikit. Mungkin gara-gara saya suka mendengarkan lagu-lagu Bondan Prakoso and Fade 2 Black. Saya bangga mempunyai hobi seperti ini, tapi cita-cita saya bukan menjadi seorang penyanyi. Bagi saya. hobi akan tetap menjadi hobi dan tidak akan menjadi sebuah cita-cita.














Bagian Keempat
Cita-citaku

Cita-cita saya selalu berubah-ubah. Waktu TK saya ingin menjadi guru seperti ibu saya. Tetapi waktu SD berubah, dan cita-citanya yaitu ingin jadi Dokter. Mungkin karena saya pada waktu itu anggota Dokter Cilik. Waktu SMP, saya bercita-cita menjadi Polisi Hutan. Karena saya suka dengan hutan-hutan yang ada di Indonesia. Dan cita-cita saya yang sekarang adalah menjadi Ahli Perminyakan. Itu sebabnya kenapa saya mengambil peminatan IPA. Saya mempunyai kata yang membuat saya termotivasi yaitu "Usaha Keras itu tidak akan Mengkhianati"








SEKIAN :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar